5 Fase E : Pada umumnya usía mental (±10 tahun) 6) Fase F : Pada umumnya usía mental (±10 tahun) Capaian Pembelajaran CP Bahasa Arab SMA. Bagi Anda yang membutuhkan Capaian Pembelajaran CP Bahasa Arab SMA dapat membaca di sini. Bukuteks pelajaran PAI dan Bahasa Arab pada madrasah terdiri dari al-Qur'an Hadis, Akidah Akhlak, Bahasa Arab, SKI, dan Bahasa Arab untuk jenjang MI, MTs, dan MA/MAK semua peminatan. dalam kurikulum PAI di madrasah tidak boleh lepas dari konteks kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila, berkonstitusi UUD 1945 dalam ProfDr Phil Al Makin Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta PANCASILA itu sakti, jika kita menjalankan sila-sila yang kita rapalkan.Pancasila adalah jimat, jika kita resepi dan hormati mantra isinya dan jalankan dalam praktek keseharian butir-butir tafsir kita atas lima Sila itu. Pancasila jaya, jika kita menunjukkan sikap Pancasilais, bukan hanya mengucapkan di bibir kita. BerdasarkanSK kepala BSKAP, Capaian pembelajaran bahasa Inggris pada kurikulum merdeka memiliki tujuan untuk mengembangkan sebagai berikut: Kompetensi komunikatif dalam bahasa Inggris dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulisan, visual, dan audiovisual). Kompetensi interkultural untuk memahami dan menghargai perspektif, praktik, dan produk IstilahPancasila sudah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad ke-14.Istilah Pancasila juga terdapat dalam buku Negarakertagama Karangan Empu Prapanca dan buku Sutasoma karangan Empu Tantular. . “Pancasila Arab” Kang Tohir المبادئ الخمسة ١. الألوهية المنفردة ٢. الإنسانية العادلة المهذبة ٣. وحدة إندونيسيا ٤. الشعبية ٥. العدالة الاجتماعية Ini adalah Pancasila versi terjemah bahasa Arab yang dikutip dari buku “Majmu’at Ashriyyah fi al-Lughah al-Arabiyyah – Bahasa Dunia Islam” Karya Habib Hasan bin Ahmad Baharun, Allah yarham. Beliau adalah pendiri dan pengasuh pertama pesantren Darullughah Wadda’wah Dalwa Bangil Pasuruan. Lembaga pendidikan yang konsen dalam pembelajaran bahasa Arab dan keilmuan Islam. Ustadz Hasan panggilan akrab beliau adalah salah satu pejuang bahasa Arab di Indonesia. Karya-karyanya yang mayoritas bertemakan bahasa telah banyak digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran bahasa Arab di banyak pesantren nusantara, baik tradisional maupun yang modern. Kontribusinya dalam “Nasyru al-Lughah al-” Arabiyyah” penyebaran bahasa Arab tidak lagi di ragukan. Bahkan namanya termasuk dalam jajaran ulama bahasa Arab di Indonesia yang dirilis oleh buku “Dalil Ulama al-Lughah al-Arabiyyah wa al-Bahitsin fi Ulumiha fi Indonesia”. Sebuah buku “semi biografi” yang ditulis oleh beberapa akademisi yang dipandegani oleh Prof. Nurul Murtadho, guru besar linguistik Universitas Negeri Malang. Buku itu diterbitkan hasil kerjasama antara Pusat Layanan Internasional Bahasa Arab Malik Abdul Aziz di Saudi Arabia dan IMLA Ittihadu Mudarrisi al-Lughah al-Arabiyyah Indonesia. Dalam buku itu disebutkan nama-nama besar praktisi, peneliti dan pemerhati bahasa Arab, termasuk juga nama-nama ketua organisasi pengajar bahasa Arab di Indonesia. Dalam buku itu hanya disebutkan tujuh nama ulama bahasa Arab, yang salah satunya adalah ustadz Hasan. Nama beliau bersanding dengan nama-nama besar seperti KH. Ma’shum bin Ali penulis kitab “al-Amtsilah al-Tashrifiyyah”, Prof. Mahmud Yunus penulis Kamus Mahmud Yunus, KH. Imam Zarkasyi pendiri Pondok Modern Gontor, KH. Bisri Musthofa penulis tafsir “Al-Ibriz” sekaligus ayahanda KH. Musthofa Bisri atau Gus Mus, KH. Abdullah bin Nuh Bogor, KH. Basori Alwi pendiri Pesantren Ilmu al-Qur’an “PIQ” Malang. Untuk download buku di atas bisa klik link berikut Kembali pada “Pancasila Arab”. Terjemah yang ditulis ustadz Hasan memang terkesan simpel dan pendek. Jika dibandingkan dengan teks Indonesia dalam butir Pancasila maka seakan kurang “sepadan”. Demikian pula ketika dikomparasikan dengan beberapa terjemahan yang datang di era berikutnya. Perhatikan saja misalnya versi Prof. Amani Lubis, guru besar UIN Jakarta yang di publish dalam Journal of Indonesian Islam Vol. 4, No. 2 Desember 2010, berikut ini; المبادئ الخمسة البانتشاسيلا 1. الإيمان بالرب الواحد الأحد 2. الإنسانية العادلة والمتحضرة 3. الوحدة الإندونيسية 4. الشعبية الموجهة بالحكمة و الحصافة في الشورى النيابية 5. العدالة الاجتماعية لجميع أفراد الشعب الإندونيسي. Atau versi Abd. Rahim Arsyad, Guru Besar IAIN Parepare, dalam bukunya “Al-Islam wa al-Syuyu’iyyah fi Indunisiyya”; المبادئ الخمسة ١. الإيمان بالله وحده. ٢. الإنسانية العادلة المؤدبة. ٣. الوحدة الإندونيسية. ٤. الشعبية الموجهة بحكمة الشورى والتمثيل النيابي. ٥. العدالة الاجتماعية لكافة المواطنين الإندونيسيين. Namun di balik “kesederhanaan” terjemah itu, justru ada nilai lebih untuk Ustadz Hasan dan bukunya, Majmu’at Ashriyyah. Pertama, terjemah singkat itu walaupun sesungguhnya bisa dilakukan revisi perbaikan menjadikannya lebih mudah untuk dihafalkan oleh pembelajar bahasa Arab tingkat pemula. Terutama di saat seperti sekarang, di mana butir-butir Pancasila sudah banyak dilupakan orang, tidak hanya redaksinya, tapi bisa-bisa nilai falsafah di dalamnya. Sekalipun setingkat menteri. Kedua, buku Majmu’at Ashriyyah, yang memuat “Pancasila Arab”, itu pertama kali terbit tahun 1980. Artinya, jauh sebelum adanya hingar bingar isu kebangkitan PKI seperti saat ini, ustadz Hasan lewat buku tersebut telah menunjukkan dukungannya terhadap dasar ideologi negara Indonesia itu. Ya, boleh dikata beliau “mendakwahkan” Pancasila melalui bahasa Arab. Dan kendati termasuk Dzurriyyah atau dari kalangan habaib, dari fam Baharun, tidak lantas beliau pro khilafah dan anti NKRI, sebagaimana desas desus yang menghubung-hubungkan pesantren Dalwa dengan ormas yang menjadi oposisi pemerintah. Ketiga, terjemah Pancasila yang ditulis ustadz Hasan dalam Majmu’at Ashriyyah, sependek pengetahuan dan penelusuran kami, adalah yang pertama dibukukan dan dipelajari oleh pelajar bahasa Arab di Indonesia. Meskipun kemudian muncul beberapa versi terjemahan yang mungkin jauh lebih representatif. Inilah nilai lebih itu. Karena bagaimanapun juga “al-Fadlu li al-mubtadi wain ahsana al-muqtadi” Keutamaan itu dimiliki pendahulu, meskipun penerusnya lebih baik. Wallahu A’lam 1 Mei 2020 Sahabat TADRIIB Jika sahabat tadriib telah menguasai kosakata tentang pemerintahan, tentu pernahkah sahabat merenungkan apa bahasa Arab dari Pancasila yang menjadi dasar Negara Republik Indonesia? Maka jangan salah, pada kesempatan ini, TADRIIB sebagai media berlatih bahasa Arab akan menjelaskan bagaimana PANCASILA itu jika dibaca dengan bahasa Arab. Wah, nanti pasti ada yang mempraktikkannya saat upacara ni. Eit, kamu bisa saja mempraktikkannya saat upacara. Namun harus minta izin dahulu kepada gurumu ya…he Berikut adalah Pancasila dalam Bahasa Arab. Hafalkan dengan sungguh-sungguh. PANCASILA الْمَبَادِئُ الْخَمْسَةُ 1. Ketuhanan Yang Maha Esa الرَّبَّانِيَّةُ الْمُتَفَارِدَةُ 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab الْإِنْسَانِيَّةُ الْعَادِلَةُ الْمَهَابَةُ الْوَحْدَةُ الْإِنْدُوْنِيْسِيَّا 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan/ perwakilan الشَّعْبِيَّةُ الْمُوَجَّهَةُ بِالْحِكْمَةِ وَالشُّوْرَى لِلنِّيَابَةِ 5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia الْعَدَالَةُ الْإِجْتِمَاعِيَّةُ لِكَافَّةِ الشَّعْبِى الْإِنْدُوْنِيْسِيِّ Arti Kosakata Pancasila Kata Per Kata Untuk memudahkan kalian dalam mengenal bahasa Arab dengan baik, khususnya dalam lima sila di atas, maka kita akan merinci kata per kata dari pancasilan dalam bahasa Arab di atas. Perhatikan dan pahami kosakata berikut ini dengan baik agar kosakata kalian bertambah. Arti Kosakata ketuhanan الرَّبَّانِيَّةُ Yang tunggal الْمُتَفَارِدَةُ kemanusiaan الإِنْسَانِيَّةُ keadilan الْعَادِلَةُ persatuan الْوَحْدَةُ kerakyatan الشَّعْبِيَّةُ Hikmah/bijaksana الْحِكْمَةُ musyawarah الشُّوْرَى perwakilan النِيَابَةُ Sosial الإجْتِمَاعِيَّةُ Seluruh كَافَّةٌ Rakyat الشَّعْبِيٌّ Selamat ya, kamu sekarang telah mengetahui Pancasila dalam bahasa Arab. Silahkan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jangan lupa lihat juga Tri satya dan dasadarma pramuka dalam bahasa Arab. Thanks for reading & sharing TADRIIB Hidayat Nur WahidJakarta, – Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, MA mengkritisi pengaitan yang mengatakan bahwa Bahasa Arab sebagai cara penyebaran Radikalisme, sebagaimana pernah dinyatakan mantan Menteri Agama Fahrurazi. Hidayat juga mengoreksi pandangan yang menyatakan bahwa bahasa Arab merupakan sarana penyebaran Terorisme sebagaimana dinukil dari pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati. Sebaliknya, HNW justru mengingatkan bahwa ungkapan serapan yang berasal dari Bahasa Arab banyak disebut dalam Pancasila. Itu membuktikan bahwa Bahasa Arabkemahiran maupun memperbanyak penyebutannya tidak terkait dengan radikalisme maupun terorisme. Memang sudah ada klarifikasi, tetapi tidak memadai karena stigma dan tuduhan atau salah amatan itu tidak dikoreksi atau dicabut. Padahal kesalahan penilaiaannya teramat nyata. HNW sapaan akrab Hidayat Nur Wahid mengingatkan, seandainya benar amatan itu, apa mungkin Indonesia yang memerangi terorisme dan radikalisme akan mengajari Anak-anak Sekolah dan warga umumnya untuk menghafalkan dan mengamalkan Pancasila?. Bukankah Pancasila banyak memakai kosakata dalam Bahasa Arab, sementara Pancasila tetap menjadi dasar dan ideologi negara Republik Indonesia. “Bukankah dalam Pancasila kata “Adil” tetap ada dalam sila kedua dan kelima. Lalu kata “rakyat” tetap ada pada sila keempat dan kelima, adab pada sila kedua, serta hikmat, musyawarah, dan wakil pada sila keempat. Padahal semua itu serapan dari bahasa Arab?!”ujarnya melalui siaran pers, Sabtu 11/9/2021.Menurut HNW, terorisme dan radikalisme pasti bertentangan dengan demokrasi yang simbolnya ada di Parlemen. Sementara parlemen di Indonesia yaitu MPR, DPR dan DPD, masih tetap mempergunakan istilah dasar yang kesemuanya serapan dari bahasa Arab. Yaitu, Majlis, Musyawarat, Dewan, Wakil, Rakyat, serta Daerah. Bukankah itu semua berasal dari bahasa Arab?!Lebih lanjut, HNW mengatakan bahwa tuduhan dan framing tendensius tersebut patut ditolak dan dikritisi. Selain tidak sesuai dengan fakta, tetapi juga karena framing negatif itu mendowngrade nilai-nilai dalam Pancasila dan kehidupan berdemokrasi dengan simbol Parlemennya. “Jadi, apabila ada pernyataan memperbanyak Bahasa Arab disebut sebagai salah satu ciri penyebaran terorisme, disadari atau tidak itu bisa jadi bentuk “teror” terhadap Pancasila dan Parlemen Indonesia yang banyak ungkapannya diserap dari bahasa Arab,” ujarnya. HNW menegaskan bangsa Indonesia menolak radikalisme dan terorisme. Tetapi hendaknya dilakukan dengan berbasiskan kebenaran, bukan framing apalagi Islamophobia. Perlu rasional dan kritis juga, apabila penyebaran terorisme dikaitkan dengan penyebaran Bahasa Arab, lalu bagaimana dengan fakta penyebaran tindakan terorisme di Indonesia dan di dunia yang tidak terkait bahasa Arab. “Apakah OPM yang menteror kedaulatan NKRI di Papua itu berbahasa Arab? Atau Belanda/VOC yg menteror dan menjajah Indonesia ber- abad2 itu juga berbahasa Arab?. Juga terorisme supremasi kulit putih Ku Klux Klan di Amerika dan di Selandia Baru serta Kanada?. Juga teror negara Israel terhadap Palestina?. Apakah juga terkait dengan bahasa Arab?. Kan tidak. Tetapi mengapa semua itu tidak disoroti? Inilah yg menampakkan adanya Islamophobia dibalik tuduhan terhadap bahasa Arab. Radikalisme dan Terorisme tidak terkait dengan penyebaran bahasa Arab maupun lainnya. Tetapi radikalisme dan terorisme tetap ditolak, bahasa apapun yang dipergunakan,” tegasnya. Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera PKS ini menambahkan, memang banyak juga orang Arab non Muslim yang mempergunakan bahasa Arab. Tetapi secara prinsip Bahasa Arab lebih dikenal sebagai bahasa AlQuran, kitab sucinya Umat Islam, dan bahasa Hadis-hadisnya RasuluLlah SAW. Bahasa Arab di Indonesia juga makin menyebar dengan banyaknya Pondok Pesantren dan Perguruan Tinggi Islam. Juga meningkat tajamnya jumlah calon Jemaah Haji dan Umroh, serta pengajian-pengajian di TV atau Majlis-majlis Taklim. Juga karena menguatnya hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia dengan Negara-negara berbahasa Arab di Teluk/Timur Tengah. Bahasa Arab juga sudah diterima dan menyebar secara internasional ke banyak organisasi-organisasi di tingkat gobal. Bahkan, dari enam bahasa resmi di Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB dan Persatuan Parlemen Dunia IPU salah satunya adalah bahasa Arab. TIdak hanya di level pemerintahan, lanjut HNW, bahasa Arab juga digunakan di kegiatan-kegiatan bisnis internasional, sehingga banyak pebisnis dari mancanegara berusaha belajar bahasa Arab. “Itu karena sekarang banyak negara Arab sebagai pemain utama dalam ekonomi global, sehingga banyak pebisnis bahkan mempelajari bahasa Arab. Bahkan, bahasa Arab saat ini berada di peringkat Power Language Index sebagai bahasa dunia terpenting kelima. Dan itu tentu bukan karena bahasa Arab sebagai faktor penyebaran terorisme,” ujarnya. Karena itu, Anggota Komisi VIII DPR RI yang membidangi urusan keagamaan ini mengimbau agar masyarakat dan generasi muda, waspada tapi tidak terpancing jadi saling curiga dan terpecahbelah karena adanya tuduhan tak mendasar itu. ”Generasi Muda dan masyarakat umumnya, selain belajar menggunakan dan menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar, juga perlu mempelajari banyak bahasa internasional, termasuk bahasa Arab untuk menghadapi kerja sama internasional dan memenangkan persaingan global. Tirulah para Pahlawan dan Bapak-bapak Bangsa yang tidak phobia dengan bahasa asing termasuk Bahasa Arab. Seperti, KH A Dahlan, KH Hasyim Asyaari, H Agus Salim, KH Mas Mansoer, KH Kahar Mudzakir, Ki Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim, M Natsir, tokoh-tokoh Pahlawan Nasional yang dikenal ahli dalam berbahasa Arab,” Luki Herdian Editor Pahala Simanjuntak Jambi, – Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menegaskan kontribusi tokoh-tokoh agama Islam dalam penyusunan dasar dan ideologi Negera tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka mampu bekerjasama, bertukar pikir serta bermufakat dengan tokoh agama lain dan kelompok nasionalis, dan berhasil merumuskan serta menyepakati Pancasila. Salah satu bukti keterlibatan tokoh-tokoh agama Islam dalam penyusunan dasar dan ideologi Pancasila, itu adalah digunakannya terminologi Alquran, hadis serta bahasa Arab untuk menyusun sila-sila dalam Pancasila. Seperti Ketuhanan yang Maha Esa yang berarti ajaran Tauhid. Kata adil dan beradab pada sila kedua diambil dari terminologi Alquran dan As-sunah. Juga kerakyatan dan perwakilan pada sila keempat serta kelima yang merupakan istilah dalam bahasa Arab. “Penggunaan kata-kata tersebut, tidak mungkin dilakukan oleh orang awam. Bahkan, istilah itu memperlihatkan bahwa pengusulnya memiliki pengetahuan dan wawasan yang sangat kuat terhadap Al-Qur’an, Hadis dan bahasa Arab. Dan itu hanya mungkin dilakukan oleh para ulama dan tokoh agama Islam,” kata Hidayat Nur Wahid, secara daring saat menyampaikan sosialisasi Empat Pilar di hadapan pengurus dan simpatisan PKS Provinsi Jambi. Acara tersebut berlangsung di aula kantor DPW PKS Provinsi Jambi, Sabtu 30/10/2021. Melihat rentetan fakta sejarah, sumbangsih para ulama baik di BPUPK, Panitai Sembilan maupun PPKI terhadap bangsa dan negara Indonesia, menurut Hidayat sudah semestinya umat Islam berada di garda terdepan dalam upaya-upaya mempertahankan dan melaksanakan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Bukan malah mengkafirkan atau membid’ahkan Pancasila dan UUD NRI 1945. Karena tidak semua yang tidak ada di zaman Nabi bisa dikategorikan bid’ah.“Ini adalah urusan muamalah, bukan aqidah maupun ibadah. Jadi tidak bisa dikatakan bid’ah. Apalagi sesuatu yang belum ada dizaman Nabi, tidak serta Merta masuk kategori bid’ah. Televisi dan internet misalnya, tidak ada dizaman Nabi, bahkan diciptakan oleh orang barat, itupun tidak bisa dibid’ahkan,” kata Hidayat lagi. Indonesia kata Hidayat bukanlah negara yang berdasar Agama. Tetapi Indonesia juga bukan negara yang mendasarkan dirinya pada komunis maupun ateis. Ini ditegaskan pada sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama Pancasila ini diterjemahkan oleh Ki Bagus Hadikusumo sebagai ketauhidan, atau pengakuan terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Sementara itu, Anggota MPR RI FPKS Ahmad Syaikhu menegaskan sosialisasi Empat pilar tetap penting dilaksanakan. Meskipun kadang terdapat pengulangan dalam pelaksanaannya. Karena untuk membangun peradaban dibutuhkan estafeta. Empat pilar yang terdiri dari Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika diharapkan bisa menjadi guide bagi penerus bangsa dalam mencapai cita-citanya. “Para pendiri bangsa membutuhkan waktu yang lama, dengan proses yang rumit untuk menghasilkan Pancasila. Setelah proses yang sulit itu selesai, ditandai dengan kesepahaman, itulah bukti kebesaran jiwa para pendiri bangsa. Dan kita sebagai generasi penerus, wajib mempertahankan dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Ahmad Syaikhu hadir pada acara tersebut, Anggota MPR RI FPKS Ahmad Syaikhu, Ketua BPW Sumbagsel, Dr. Junaidi Auli, MM, Ketua MPW PKS Jambi, H. Syafrudin Dwi Apriyanto, Ketua DSW PKS Jambi, Jayadi, Ketua DPW PKS Jambi, Heru Kustanto, Ketua DPD, DPC dan Dpra PKS se-Provinsi Luki Herdian Editor Pahala Simanjuntak JAKARTA - Islam telah mempengaruhi budaya Indonesia secara menyeluruh dan mengesankan di segala bidang. Islam terutama sangat kuat mempengaruhi budaya Indonesia di bidang kemasyarakatan dan kenegaraan. Dalam buku berjudul Karya Lengkap Nurcholish Madjid dijelaskan dalam perumusan nilai-nilai Pancasila sendiri, unsur-unsur Islam itu akan segera tampak dalam konsep-konsep tentang adil, adab, rakyat, hikmat, musyawarah, dan wakil. Isi sila keempat Pancasila adalah “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, dalam permusyawaratan perwakilan”. Menurut Nurcholish, dapat disebutkan rumusan sila keempat Pancasila itu sangat mirip dengan ungkapan bahasa Arab yang sering dijadikan dalil dan pegangan oleh para ulama, yaitu Ra's al-Hikmah al-Masyurah yang artinya, pangkal kebijaksanaan adalah musyawarah. Pepatah Arab inilah yang digunakan oleh H Agus Salim untuk mengusulkan kosakata hikmah kebijaksanaan dan musyawarah dalam sila keempat Pancasila itu. Dari contoh yang diambil dari rumusan dasar negara itu, menurut Nur Cholis, dapat diketahui unsur-unsur Islam terpenting dalam budaya Indonesia adalah di bidang konsep-konsep sosial dan politik. Negara Indonesia memang bukan sebuah negara yang didirikan untuk satu golongan, tetapi untuk semua yang bertanah air Indonesia. Oleh karena itu, penyelenggaraan negara didasarkan pada permusyawaratan perwakilan. Dalam urusan kemasyarakatan, menurut Nurcholish, Rasulullah pun diperintahkan oleh Allah untuk menjalankan musyawarah, dan untuk bersikap teguh melaksanakan hasil musyawarah itu dengan bertawakal kepada Allah Q 3159. Sejalan dengan itu, menurut dia, masyarakat kaum beriman sendiri dilukiskan dalam Kitab Suci sebagai masyarakat yang dalam segala perkaranya, membuat keputusan melalui musyawarah. Menurut dia, masyarakat pimpinan Nabi dan masyarakat pimpinan empat khalifah yang bijaksana adalah masyarakat yang ditegakkan di atas dasar prinsip musyawarah. Dalam tinjauan ajaran yang lebih mendalam, Nur Cholish menjelaskan musyawarah tidak hanya merupakan wujud rasa kemanusiaan karena didasari oleh sikap penghargaan kepada sesama manusia, tetapi juga merupakan wujud rasa ketuhanan atau takwa. oleh Nafis Azmi Amrullah, Dosen Pendidikan Bahasa Arab UNNES Meskipun Bahasa Arab merupakan Bahasa asing di Indonesia, bukan berarti orang yang menyukai dan mempelajarinya bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Bila sampai saat ini masih ada orang yang menyebut “Semua yang berbau Arab itu anti dengan Pancasila” bisa jadi orang tersebut belum paham dengan Bahasa Arab, atau belum paham dengan Pancasila, atau justru tidak memahami hubungan antara keduanya. Menurut saya, Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia justru sangat kental dengan nilai-nilai Pancasila. Mempelajari salah satu rumpun Bahasa semit ini masih relevan apabila disandingkan dengan lima butir sila yang menjadi dasar negara kita. Kita ketahui, sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Pengamalan sila pertama adalah dengan meyakini ajaran agama dengan sepenuh hati. Berdasarkan data dari Sistem Akademik Terpadu SIKADU UNNES, 100 % mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Arab PBA UNNES beragama Islam. Dasar agama Islam adalah Al-Quran dan Hadits. Itu artinya, seluruh mahasiswa PBA UNNES wajib memahami Al-Quran dan Hadis. Untuk memahami keduanya, pemahaman Bahasa Arab sangat diperlukan. Kesimpulannya, mahasiswa PBA UNNES wajib menguasai Bahasa Arab sebagai modal pengamalan sila pertama Pancasila. Sila kedua adalah kemanusiaan yang adil dan beradab. Kata “adil” dan “adab” itu sendiri berasal dari Bahasa Arab. Adil kerap dimaknai menempatkan segala hal sesuai proporsinya, sedangkan adab dalam Bahasa Indonesia sering digunakan untuk menyebut kesantunan atau akhlak. Pembelajaran Bahasa Arab sangatlah lekat dengan Pendidikan adab. Saya ambil contoh pembelajaran menyimak dan berbicara. Saat berlatih menyimak, kita belajar menghargai pendapat orang lain dan saat berlatih berbicara, kita belajar menyampaikan pesan yang dapat diterima orang lain. Dua hal tersebut adalah adab mendasar saat kita berdialog dengan orang lain. Dengan adab, kita memanusiakan manusia, selaras dengan sila kedua Pancasila. Sila ketiga adalah persatuan Indonesia. Bicara soal persatuan, aksara Arab pada dasarnya mengusung prinsip itu. Hampir setiap kata dalam Bahasa Arab terdiri atas huruf yang tersambung dengan huruf yang lainnya. Memang ada Sebagian kecil huruf Arab yang tidak bisa disambung, seperti huruf ا، د، ذ، ر، ز،و yang memang tidak menerima sambungan kecuali huruf sebelumnya. Ada juga huruf hamzah yang tidak bisa disambung dari sisi manapun. Namun apabila diamati, hamzah adalah huruf fleksibel yang bersedia untuk “dipangku” oleh huruf-huruf seperti ا، و ، ى. Huruf-huruf tersebut tetap bisa bersatu dalam satu barisan kata yang rapi. Bukankah persatuan itu demikian? Mungkin tidak setiap orang bisa kita gandeng, namun kita tetap bisa berada dalam satu barisan dan tujuan yang sama. Sila keempat adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Ada banyak kata serapan Bahasa Arab pada sila ini seperti rakyat’, hikmat’, musyawarah’ dan wakil’. Kita bisa mendapati implementasi sila ini dalam sejarah perkembangan penulisan Al-Quran. Meskipun Al-Quran adalah Wahyu dari Allah, tidak berarti mushaf yang kita baca saat ini tidak melibatkan usaha manusia. Adanya harakat fathah, dhammah dan kasrah yang kita ketahui merupakan hasil musyawarah generasi terdahulu dan buah kebijaksanaan para pemimpin umat Islam sejak zaman sahabat hingga generasi ulama saat ini. Huruf Arab yang tadinya “gundul” perlahan-lahan bertransformasi menjadi “gondrong” melalui musyawarah para ahli Bahasa Arab dari tahun ke tahun agar kitab ini semakin mudah dipahami oleh orang non-Arab. Sila kelima adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial bermakna kemerataan hak yang diperoleh soal hak dan persamaan, pembelajar bahasa Arab tentu tidak asing dengan na’at man’ut dan mubtada’ khabar. Mempelajari keduanya melatih kita untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya. Yang mudzakkar kita sandingkan dengan yang mudzakkar. Yang Muannats dengan muannats. Yang marfu’ dengan yang marfu’. Yang tunggal dengan yang tunggal. Ini adalah konsep dasar keadilan sejak dalam pikiran. Mari kita biasakan adil sejak dalam pikiran, insyaallah mampu adil dalam perbuatan, adil dalam hubungan sosial. Selamat memperingati kesaktian Pancasila. Pembelajar bahasa Arab UNNES bangkit bergerak bersama Pancasila

pancasila dalam bahasa arab